Kamis, 27 Oktober 2016

MODEL PEMBELAJARAN

A.     Komponen Perencanaan Kurikulum
Menurut  Ralph W.Tyler dalam bukunya Basic Principles of Curriculum and Instruction (1949) yang telah dikutip juga oleh Nasution berjudul Asas-Asas Kurikulum (1995.17-18) mengatakan bahwa terdapat adanya empat komponen perencanaan kurikulum diantaranya yakni, tujuan, bahan pelajaran, proses belajanr mengajar dan evaluasi atau penilaan. Keempat komponen tersebut satu sama lain saling berhubungan erat. Tujuannya yaitu untuk menentukan bahan apa yang akan dipelajari, bagaimana proses belajarnya, dan apa yang harus dinilai. Demikianpula penilaian dapat mempengaruhi komponen lainnya. Pada saat dipentingkannya evaluasi dalam bentuk ujian, misalnya Ebtanas, UMPTN, maka timbul kecenerungan untuk menjadikan bahan ujian sebagai tujuan kurikulum, proses belajar-mengajar cenderung mengutmakan latihan dan hafalan.
            Bila salah satu komponen beruah, misalnnya di tonjolkannya tujuan yang baru, atau proses belajar-mengajar, misalnya metode baru, atau cara penilaian, maka semua komponen lainnya turut mengalami peruahan. Kalau tujuannya jelas, maka bahan pelajaran, PBM, maupun evaluasi pun lebih jelas.
1.      Tingkat –Tingkat Tujuan
a.       Aims
            Aims  yang menunjukkan arah umum pendidikan. Secara ideal, aims merefleksikan suatu tingkat tujuan pendidikan berdasarkan pemikiran filosofis dan psikologis masyarakat (Seller, 1985: 175 dalam Mohammad Ansyar 1989: 93). Dengan perkataan lain aims adalah statemen tentang hasil kehidupan yang diharapkan (expected life outcomes) berdasarkan skema nilai filsafar hidup  (Boudy ,1971:13). Menurut Zais, (1976:298) aims untuk tujuan pendidikan jangka panjang yang digali dari nilai-nilai filsafat suatu Bangsa.
            Zais menjelaskan tujuan kurikulum (aim) merupakan pernyataan yang melukiskan keidupan yang diharapkan, tujuan atau hasil yang didasarkan pada pandangan filsafat dan tidak langsung berhubungan dengan dengan tujuan sekolah. Tujuan ini mungkin dapat dicapai setelah seseorang menyelesaikan pendidikan. Barangkali aims ini dapat disamakan dengan “tujuan pendidikan nasional” di Indonesia, karena pada tujuan pendidikan nasional ini dinyatakan keinginan bangsa Indonesia untuk mencapai suatu hasil pendidikan yang berlandasakan filsafat hidup bangsa Indonesia yang bernama Pancasila. Tujuan jenis ini tidak berkaitan langsung dengan hasil pendidikan di sekolah atau hasil proses belajar mengajar dalam ruang-ruang kelas.
            Aim merupakan target yang pencapaiannya jauh dari situasi sekolah dan hasilnya mungkin jauh setelah proses belajar-mengajar di sekolah selesai. Contohnya untuk menjadikan manusia yang memiliki rasa tanggung jawab pada negara, atau manusia yang sehat jasmani dan rohani, berbudi pekerti luhur, mandiri dan lain-lain. Dan ini hanya mungkin dapat dicapai setelah anak menyelesaikan beberapa tingkatan pendidikan formal, informal dan bahkan mungkin non formal. Untuk mencapai tujuan umum “aims” perlu ditentukan pula yang lebih spesifik dari aims tersebut yang biasa dinamakan dengan goals.
b.      Goal
            Goals merupakan tujuan antara yang terletak antara aims dan objectives. Yang tersebut terakhir adalah tujuan yang dicapai sebagai hasil belajar dalam ruang-ruang kelas sekolah (Seller, 1985: 179) dengan perkataan lain, goals adalah hasil proses belajar menurut suatu sistem sekolah (Zais, 1976:306). Goals  lebih umum dari objectives dan bukan merupakan hasil langsung proses belajar dalam ruang kelas dan untuk mencapainya memerlukan seperangkat objectives. Contohnya antara lain adalah kemampuan berpikir analitik dan berpikir kritis, mengapresiasi dan mengamalkan ajaran agama Islam dan lain sebagainya. Barangkali di Indonesia goals ini dapat disamakan dengan tujuan kurikulum sekolah atau tujuan institusional.
c.       Objektive
            Tingkat tujuan yang paling rendah adalah objektif, (di Indonesia adalah tujuan istruksional). Tujuan objektif menggambarkan tujuan suatu unit atau pokok bahasan yang lebih spesifik yang merupakan hasil proses belajar dalam ruang kelas sekolah. Pada tingkat ini, kita berbicara tentang kemungkinan pemakaian abyektif tingkah laku (behavioral objective) yang menunjukkan tingkah laku yang eksplisit yang dimiliki siswa setelah mengikuti pelajaran (Tyler, 1949: 94).  Contoh kemampuan objektif yang dikuasai siswa misalnya,  yaitu proses belajar-mengajar dalam ruang-ruang kelas sekolah atau kegiatan belajar-mengajar setiap hari sebagai hasil implementasi kurikulum. Umpamanya siswa menguasai prinsip-prinsip dasar ilmu kimia, siswa dapat menyelesaikan secara benar 4 dari 5 soal-soal persamaan kuadrat, pada pelajaran pendidikan agama Islam, siswa dapat mendemonstrasikan rukun wudlu dengan tertib, dan lain sebagainya. Jadi, semakin spesifik, terukur, dan  dapat diamati  kemampuan hasil belajar siswa sebagai tanda bahwa siswa benar-benar menguasai pelaran tersebut, dan dapat dilanjutkan oleh guru ke pelajaran berikutnya.


2.      Bahan Ajar
a.       Definisi Konten
b.      Syarat Pemilihan Bahan Ajar

c.       Sumber Bahan Ajar
            Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, siswa ditugasi untuk mencari koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat di gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:
1)      Buku Teks
      Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenis mata pelajaran tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat memperoleh wawasan yang luas. Buku teks merupakan sumber informasi yang disusun dengan struktur dan urutan berdasar bidang ilmu tertentu.
2)      Laporan Hasil Penelitian
      Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang aktual atau mutakhir.
3)      Jurnal ( Penerbitan Hasil Penelitian dan Pemikiran Ilmiah)
      Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya.
4)      Pakar Bidang Studi
      Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan  sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat dimintai konsultasi mengenai  kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb.
5)      Buku Kurikulum
      Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.
6)      Lingkungan (Alam, Sosial, Seni Budaya, Industri, Ekonomi)
      Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan sosial, lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebagai sumber bahan ajar. Untuk mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagai sumber bahan ajar.
3.      Aktifitas Belajar Siswa
a.       Definisi Aktifitas Belajar
Aktifitas  belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is defined as the modification or streng-thening of behavior throught experiencing). Menurut pengertian ini, belajar adalah suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.  Belajar sangat dibutuhkan karena adanya aktivitas, dikarenakan tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif afektif maupun psikomotor (Nanang , 2010:23).
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011:100).
Menurut Nanang dan Suhana (2010:24) menjelaskan bahwa aktivitas belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut ini:
1.   Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal untuk belajar sejati.
2.   Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.
3.   Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.
4.   Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan peserta didik.
5.   Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
6.   Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan di masyarakat di sekitarnya.
Adapun jenis-jenis aktifitas belajar  Menurut Diedrich yang dikutip (dalam Nanang dan  suhana , 2010:24) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:
1.    Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2.    Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara diskusi dan interupsi
3.    Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, atau mendengarkan radio.
4.    Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket.
5.    Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu menggambar, membuat grafik, diagram, peta dan pola.
6.    Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun. 
7.    Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8.    Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat, membedakan, berani, tenang, merasa bosan dan gugup.
Dengan adanya pembagian jenis aktivitas di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika kegiatan-kegiatan tersebut dapat tercipta di sekolah, pastilah sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.
Definisi aktifitas belajar Menurut Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.sedangkan Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
b.      Strategi Belajar Yang Efektif
Menurut Supardi (2010:95) Pembelajaran yang baik dan efektif adalah pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, edukatif, dan menyenangkan. Untuk terjadinya hal tersebut dibutuhkan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran mengandung rentetan aktivitas yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Strategi pembelajaran juga mengandung siapa melakukan apa dalam proses pembelajaran, bagaimana melaksanakan tugas pembelajaran, serta dimana kegiatan pembelajaran berlangsung. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bila dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan merupakan pola-pola umum kegiatan guru siswa dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi sebagai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Strategi merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau cara. Di dalam kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut sering dipergunakan secara bergantian. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plant, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dick&Carey menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran.  (Hamzah, 2008: 183).
Menurut Reigeluth (2002: 87)  Strategi mengorganisasi isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur, dan prinsip yang berkaitan. Strategi pengorganisasian dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi makro dan strategi mikro. Strategi makro terkait kepada metode untuk mengorganisai isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep, prosedur atau prinsip. Strategi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, prosedur atau prinsip.
Ada berbagai metode strategi pembelajaran, contohnya Bacakilat, Mind Mapping atau Teknik Memori. Berikut metode strategi pembelajaran untuk siswa yang akan diterapkan:
1)      BacaKilat
Bacakilat adalah sebuah teknik yang dikembangkan dan diajarkan oleh Agus Setiawan (anda bisa mendapatkan bukunya di Gremedia terdekat, berjudul  Bacakilat : Kiat Membaca 1 halaman/ detik). Metode bacakilat merupakan sistem belajar, terdiri dari 3 langkah sederhana dalam belajaar yaitu tujuan membaca, Bacakilat, dan Aktivitas manual. Tujuan membaca berguna untuk menentukan target yang ingin dicapai siswa.  baca kilat adalah teknik membaca dengan cepat alias kilat. Teknik baca kilat ini dirancang agar para pembacanya bisa membaca dan memahami buku satu halaman dalam waktu hanya satu detik. Terlihat sangat mustahil, tapi inilah nyatanya. Baca kilat menggunakan teknik dimana informasi yang didapat langsung dimasukkan ke dalam pikiran bawah sadar Anda, di mana pikiran bawah sadar adalah tempat tersimpannya kebiasaan, memori jangka panjang, keyakinan, keahlian, karakter dan intuisi. Sehinga jangan heran jika para pembaca kilat mampu memahami isi keseluruhan sebuah buku kurang dari lima menit. Ada dua cara mendapatkan manfaat dari Bacakilat ini. Pertama menggunakan aktivasi manual. Dengan menggunakan aktivasi manual, Anda akan menyelesaikan buku Anda paling tidak 3 kali lebih cepat dari pada Anda menggunakan cara biasa. Anda mendapatkan pemahaman yang lebih cepat dan lebih mudah, serta tahan lama, karena semua ada dalam memori jangka panjang. Aktivasi manual menggunakan isi buku untuk memancing pengertian dan pemahaman, memicu memori untuk memprosesnya ke pikiran sadar. Cara yang kedua adalah menggunakan aktivasi otomatis. Aktivasi otomatis ini adalah saat informasi yang ada dalam memori jangka panjang Anda keluar dengan sendirinya karena Anda sedang membutuhkannya, baik karena Anda melakukan sesuatu atau karena Anda bertanya dan membutuhkan jawaban tertentu.
2)      Mindmapping
Menurut  Buzan dalam bukunya “Buku Pintar Mind Mapp”, Mind Mapping adalah suatu cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran (Buzan, 2009:  4). Prinsip kerja metode pembelajaran ini sangat sederhana  yakni berdasarkan prinsip otak kiri dan otak kanan. Otak kiri merupakan bagian yang cenderung berhubungan dengan analisa, angka, logika, detail. Sedangkan otak kanan merupakan bagian yang berhubungan dengan kreativitas, imajinasi, gambaran besr, konseptual, dalam proses belajar kita cenderung menggunakan ingatan kita, setelah memahami materi pelajaran memorry sangat erat kaitannya dengan otak kanan sehingga belajar menggunakan dominan otak kanan akan terasa seru, menyenangkan dan mudah untuk diingat. Bagaimana belajar dengan pendekatan otak nakan? Dalam, maindmap, kita akan membuat atau ringkasan materi pembelajaran dengan menggunakan kata kunci (otak kanan), warna (otak kanan), dan gambar (otak gambar). Semua itu adalah cara belajar dengan pendekatan otak kanan. Maindmapping tudak hanya berguna untuk pembelajaran saja, tetapi juga untuk mencatat, meringkas, hingga perencanaan.
Menurut Edward, Mind Mapping adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukan, menyimpan dan mengeluarkan data dari atau ke otak. Sistem ini bekerja sesuai cara kerja alami otak kita, sehingga dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan kapasitas otak manusia (Edward, 2009: 64).
bahwa metode Mind Mapping adalah suatu teknik mencatat yang dapat memetakan pikiran yang kreatif dan efektif serta memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak baik belahan otak kanan atau belahan otak kiri yang terdapat didalam diri seseorang (Bobby:,2003: 153).
Dengan menggunakan metode Mind Mapping dapat menghasilkan catatan yang memberikan banyak informasi dalam satu halaman. Sehingga dengan metode Mind Mapping daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi petakan yang berwarna-warni, sangat teratur dan mudah diingat yang selaras dengan cara kerja alami otak.
3)      Teknik Memory
Jika kita harus berhadapan dengan urusan menghafal, otak langsung merasa malas. Untuk membuat menghafal menjadi mudah dan menyenangkan, kamu bisa menggunakan strategi pembelajaran ini. Mirip dengan mindmapping, metode pembelajaran teknik memory menggunakan pendekatan dominan otak kanan. Ada beberapa pembelajaran teknik memori antara lain teknik lokasi, teknik plasetan, teknik jembatan keledai, dan lain sebagainya.( Eric, 2002: 170)
4.      Evaluasi
a.       Devinisi Evaluasi
Menurut Tyler (dalam Muhammad Zaini, 2009: 143) menyatakan bahwa Evaluasi adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai atau terealisasikan. Sedangkan pengertian evaluasi menurut Rutman (1983:67) ialah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu  program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Selain itu menurut Chelimsky (1989) mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektivitas suatu program.
Menurut  Sukamadinata (2009:173), Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus untuk megetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi juga meliputi rentangan yang cukup luas, mulai dari yang bersifat sangat informal sampai dengan yang sangat formal.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasikan dan efektivitas suatu program. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Dimana evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dalam usaha untuk mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memebuat keputusan akan perlu tidaknya memperbaiki sistem pembelajaran sesuai pembelajaran sesuai  dengan tujuan yang ditetapkan (Zaini, 2009:142).
b.      Evaluasi Formatif dan Sumatif
a.       Evaluasi Formatif
Menurut Scriven (1991: 67) dalam diktat teori dan praktek evaluasi program bimbingan dan konseling (Aip Badrujaman, 2009), evaluasi formatif adalah suatu evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk atau program tertentu sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan untuk melakukan perbaikan.
Evaluasi Formatif Yaitu evaluasi yang digunakan untuk mencari umpan balik guna memperbaiki proses belajar mengajar bagi guru maupun peserta didik. Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Misalnya, selama pengembangan program paket kurikulum, evaluais formatif akan melibatkan pemeriksaan konten oleh ahli, pilot tes terhadap sejumlah siswa, tes lapangan terhadap siswa yang lebih banyak dan dengan guru di beberapa sekolah, dan lain sebagainya. Pada evaluasi formatif, audiensinya personalia program, mereka yang bertanggung jawab atas pengembangan kurikulum. Evaluasi formatif harus mengarah kepada keputusan tentang perkembangan program termasuk perbaikan, revisi, dan semacamnya.
Evaluasi formatif (kadang-kadang disebut sebagai internal) adalah sebuah metode untuk menilai layak program sementara kegiatan program sedang membentuk (dalam proses). Ini bagian dari evaluasi berfokus pada proses.
Dengan demikian, evaluasi formatif pada dasarnya dilakukan dengan cepat. Mereka mengizinkan desainer, peserta didik, dan instruktur untuk memantau seberapa baik tujuan instruksional dan tujuan telah terpenuhi. Evaluasi Formatif juga berguna dalam menganalisis materi pembelajaran, dan prestasi belajar siswa, dan efektifitas guru Evaluasi Formatif terutama suatu proses pembangunan yang menumpuk serangkaian komponen bahan baru, keterampilan, dan masalah menjadi keseluruhan yang berarti utama.  Guyot (1978: 70)
1)   Tujuan Evaluasi Formatif
a)      Evaluasi formatif adalah mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahui hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambilan keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program.
b)      Untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan untuk melakukan perbaikan suatu produk atau program.
2)   Fungsi Evaluasi Formatif
a)      Sebagai balikan bagi siswa dan guru tentang kemajuan belajar.
b)      Untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaikai proyek, kurikulum, atau lokakarya.
3)   Teknik Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif terdiri dari beragam bentuk. Menurut Martin Tessmer (1996) dalam diktat teori dan praktek evaluasi program bimbingan dan konseling (Aip Badrujaman, 2009) evaluasi formatif dapat dilakukan sebagai berikut :
a)     Review ahli (expert review)
Evaluasi dimana ahli yang mengkaji ulang program layanan dengan atau tanpa kehadiran evaluator. Ahli bisa ahli materi, ahli teknis, perancang, atau instruktur. Evaluasi ini dilakukan terhadap program muatan layanan yang masih kasar atau masih dalam rancangan (draft) untuk mengetahui kelebihan dan kelemahannya.
                                                                     i.            Kelebihan dari review ahli adalah :
a.       Review menghasilkan tipe informasi yang berbeda jika dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari evaluasi orang per orang, kelompok kecil, atau uji lapangan.
b.      Kadang-kadang ahli yang dibutuhkan telah ada dan dibayar dengan murah.
                                                                   ii.            Sedangkan kelemahannya adalah :
a.       Review ahli tidak memberikan pandangan atau pendapat dari sudut pandang siswa.
b.      Review ahli membutuhkan biaya tinggi jika orang ahli harus didatangkan dari wilayah yang jauh.
b)      Evaluasi orang per orang (one-to-one evaluation)
Evaluasi ini dilakukan dengan wawancara yang dilakukan secara perorangan oleh evaluator terhadap beberapa siswa dimana secara satu persatu siswa diminta untuk memberikan komentarnya mengenai program layanan yang sedang dikembangkan. Selain itu siswa juga biasanya diminta untuk menyelesaikan pre dan post test untuk mengukur efektifitas program layanan.
Keuntungan dari evaluasi ini adalah evaluasi ini memberikan informasi dari sudut pandang siswa, serta evaluasi ini dapat dilakukan dengan mudah, cepat, murah, dan produktif.
c)      Evaluasi kelompok kecil (small group).
Evaluasi di mana evaluator mengujicobakan suatu program layanan pada suatu kelompok siswa dan mencatat performance dan komentar-komentarnya.
d)     Uji lapangan (field test)
Evaluasi di mana evaluator mengobservasi program layanan yang diujicobakan kepada sekelompok siswa tertentu dalam suatu situasi nyata. Evaluasi ini dilakukan terhadap suatu program layanan yang sudah selesai dikembangkan, tapi masih membutuhkan atau memungkinkan untuk direvisi akhir.Salah satu kelebihan dari uji lapangan adalah bahwa dengan evaluasi ini akan diperoleh informasi apakah program layanan dengan menggunakan menggunakan metode tertentu akan benar-benar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
4)      Manfaat data penilaian hasil belajar formatif
Data hasil belajar formatif dapat diperoleh guru secara langsung pada akhir proses belajar mengajar berupa hasil skor pasca tes. data ini disamping menggambarkan penguasaan tujuan instruksi oleh para siswa, juga memberi petujuk kepada guru tentang keberhasilan dirinya dalam mengajar.
b.      Evaluasi Sumatif
c.       Kegunaan Evaluasi Bagi Siswa
d.      Kegunaan Evaluasi Bagi Guru
Kegunaan Evaluasi bagi gurusangat banyak dan memilki peran yang sangat penting dalam melakukan pengajaran dan pendidikan, diantaranya yaitu:
a.    memperbaiki program pengajaran atau suatu pelajaran dimasa mendatang terutama dalam merumuskan tujuan instruksional, organisasi bahan, kegiatan belajar mengajar, dan pertanyaan penilaian.
b.    meninjau kembali dan memperbaiki tindakan mengajarnya dalam memilih dan menggunakan metode mengajar, mengembangkan kegiatan belajar siswa, bimbingan belajar, tugas dan latihan para siswa, dll.
c.    mengulang kembali bahan pengajaran yang belum di kuasai oleh siswa sebelum melanjutkan dengan bahan baru, atau memberi penugasan kepada siswa untuk memperdalam bahan yag belum dikuasainya.
d.   melakukan diagnosis kesulitan belajar para siswa sehingga dapat di temukan faktor penyebab kegagalan siswa dalam menguasai tujuan instruksional.
e.       Kegunaan Evaluasi Bagi Orang Tua
B.     Desains Kurikulum
1.      Definisi Desains Kurikulum
Definisi kurikulum dari beberapa ahli yang berpendapat berbeda-beda diantaranya yaitu seperti yang dikatakan oleh J. Galen Saylor dan William M. Alexnder dalam bukunya  yaitu “The curriculum is the sum total of school’s efforts to influence learning, whether in the clasroom, on the playground, or out of school” Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, dihalaman sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum juga meliputi apa yang disebut dengan kegiatan ekstrakulikuler.
Menurut Nana, (2007:113) desain kurikulum adalah menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.
      Menurut Oemar ,(1993:90) pengertian Desain adalah suatu petunjuk yang memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan kegiatan.
Prinsip-prinsip dalam mendesain menurut Saylor (Hamalik,2007: 177) mengajukan delapan prinsip ketika akan mendesain kurikulum, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta pengembangan semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
b.    Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka merealisasikan tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa yang belajar dengan bimbingan guru;
c.     Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan mengembangkan berbagai kegiatan belajar di sekolah;
d.    Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa
e.     Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar anak yang diperoleh diluar sekolah dan mengaitkannya dengan kegiatan belajar di sekolah.
f.      Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar kegiatan belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan terus berlanjut pada pengalaman berikutnya.
g.    Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan watak, kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai kultur.
h.    Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.
Tujuan disain Kurikulum merupakan suatu perencanaan balajar bagi para siswa, maka dalam perencanaan itu harus berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, sehingga kurikulum pun harus memenuhi tujuan pendidikan yang akan dicapai  dalam pelaksanaannya. Tujuan dari desain atau organisasi kurikulum diantaranya :
a.    Memudahkan anak dalam belajar
b.    Mengetahui mengenai teori, konsep, pandangan tentang pendidikan,perkembangan anak dan kebutuhan masyarakat.
c.    Menentukan apa yang akan dipelajari
d.    Kapan waktu yang tepat untuk mempelajari
e.    Menentukan keseimbangan bahan pelajar
f.     Menentukan keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan yang akan disampaikan.
        Organisasi atau desain kurikulum berkaitan erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Seperti halnya dengan desain suatu gedung misalnya, desain itu akan berbeda-beda menurut tujuan gedung itu, apakah untuk sekolah, gudang, toko atau tempat tinggal, demikian pula ada perbedaan desain kurikulum yang bertalian dengan tujuan yang diutamakan, apakah penguasaan kebudayaan dan pengethuan umat manusia, ataukah kebutuhan masyarakat atau anak. Bila tujuannya terutama transmisi atau penyampaian kebudayaan dan pengetahuan maka yang paling sesuai ialah organisasi kurikulum  berupa mata pelajaran yang lazim disebut subject curiculum. Akan tetapi bila kebutuhan masyarakat atau anak menjadi tujuan utama maka kurikulum yang paling serasi ialah kurikulum yang berdasarkan masalah-masalah masyarakat atau anak yang biasanya bersifat integrated atau terpadu. (Oemar,  1993:90)
2.      Desains Separated Subject Curriculum
      Menurut Abdullah dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (1999:27) Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum mata pelajaran yang terpisah satu sama lainnya. Kurikulum mata pelajaran terpisah (separated subjec curriculum), bahkan kurikulumnya dimaksudkan dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, yaang kurang mempunyai keterkatan dengan mata pelajaran lainnya. Menurut Tyler menyebutkan dengan school subjec jenis kurikulum ini telah digunakan, sejak beberapa abad hingga saat inipun masih banyak didapatkan dilembaga-lembaga pendidikan. Kurikulum ini terdiri dari mata pelajaran -  mata pelajaran, yang tujuan pembelajarannya adalah anak didik perlu menguasai bahan dari tiap-tiap mata peljaran yang telah ditentukan secara logis, sistemtis, dan mendalam (soetopo, 1993:78)
Kelebihan:
a.       Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis.
b.      Organisasinya sangat sederhana, mudah disusun,mudah ditambah atau dikurang     jumlah pelajaran.
c.       Penilaian lebih mudah  karena bahan pelajaran didasarkan pada buku pelajaran tertentu sehingga dapat diadakan ujian umum atau tes yang seragam diseluruh negara
d.      Memudahkan guru melaksanakan pengajaran karena bersifat subject correlated (guru setiap tahun hanya mengulang yang sudah pernah dilakukan sebelumnya).
e.      Mata pelajaran lebih bisa mendalam
f.        Kebanyakan orang beranggapan bahwa sekolah adalah persiapan masuk perguruan tinggi, diperguruan tinggi biasanya organisasi kurikulum sesuai dengan prinsip terpisah-pisah itu. Jadi organisasi kurikulum di sekolah dasar dan menengah dengan begitu sesuai dengan organisasi di perguruan tinggi.
Kekurangan:
a.       Kepribadian kurang
b.      Mata pelajaran terpisah satu sama lain, hal ini tiak sesuai kenyataan kehidupan yang sebenarnya.
c.       Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Kurang mengakomodasi minat dan bakat peserta didik
e.      Banyak terjadi verbalitas dan mengahafal, serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak didik.
f.        Cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman
3.      Correlated Curriculum
Menurut Oemar (1993: 75) , sebagaimana yang termaktub dalam bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pembelajaran, beliau menjelaskan bahwa Correlated kurikulum yaitu: pengorganisasian kurikilum yang mengedepankan korelasi antara mata pelajaran, sebagai upaya untuk meminimalisir kelemahan-kelemahan sebagai akibat dari pemisahan mata pelajaran. Langkah yang ditempuh dalam mewujudkan upaya ini yaitu menyampaikan pokok-pokok bahasan yang saling berkorelasi untuk memberikan kemudahan kepada siswa untuk memahami pelajaran terkait.
Kurikulum jenis ini mengandung makna bahwa sejumlah mata pelajaran dihubungkan antara yang satu dengan yang lainnya,sehingga ruang ligkup bahan yang tercakup semakin luas. Sebagai contoh mata pelajran fikih dapat dihubungkn dengan mata pelajaran al-Quran Hadist. Pada saat anak didik mempelajari  sholat maka dapat dihubungkan dengan pelajaran al-Quran .
Correlated Subject curriculum atau correlated curriculum adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang seiring, yang bias secara dekat berhubungan. Hilda Taba mengatakan “The board fields curriculum is essentially an effort to overcome the compartementalization and atomatization of curriculum by combining several spesiic areas into large fields”. Hilda Taba menyebut correlated curriculum dengan board fields curriculum. Usaha peningkatan dengan menyatukan beberapa mata pelajaran itu misalnya sejarah, ilmu bumi dan kewarganegaraan dikombinasikan menjadi ilmu pengetahuan soosial. Correlated CurriculumOrganisasi kurikulum ini menghendaki agar matapelajaran itu satu sama lain adahubungan, bersangkut paut walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lainmasih dipertahankan. Paduan atau fungsi antara beberapa matapelajaran ini disebut³broad-fields´. Kurikulum ini berusaha menghubungkan antara dua mata pelajaran atau lebih, sehingga diharapkan peserta didik akan memperoleh pengetahuan yang utuh dan tidak sepotong-potong seperti pada separate subject curriculum, misalnya menghubungkan antara matematika, fisika, kimia dan biologi yang semuanya tergolong dalam IPA; menghubungkan antara sejarah, ekonomi, dan ilmu social yang memang termasuk dalam IPS.
Kelebihan:
a.       Dengan korelasi pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas (berpadu).
b.      Dengan melihat hubungan erat antar mata pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah.
c.       Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut.
d.      Diutamakan pengertian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid.
Kekurangan:
a.    Sulit menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan     sehari-hari sebab dasarnya subject contered
b.     Materi yang diajarkan kurang mendalam
c.    Broad field tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam untuk suatu pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.
d.     Belum menyentuh aspek emosi peserta didik
4.      Intergrated Curriculum
      Kurikulum terpadu ( Integrated Curriculum) merupan suatu produk  dari usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Itegrasi diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin atau mata pelajaran.
      Integrated Curicculum mempunyai ciri yang sangan fleksible. Dan tidak menghendaki hasil belajar yang sama dari semua anak didik. Gur, orangtua, dan anak didik merupakan komponen-komponen yang bertanggungjawab dalam proses pengembangannya. Kurikulum ini mengalami kesulitan bagi anak didik terutama dipandang dari ujian akhir atau tes akhir atau tes masuk yang uniform.
      Integrated Curriculum (Kurikulum terpadu (juga memeningkan aspek-aspek psikologi yang berpengaruh terhadap integrasi pribadi, individu dan lingkungannya. Kurikulum terpadu, menurut Soetopo, (1993:80-81) dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yakni : The Child Centered Curriculum, The Social Functions Curriculum, dan The Experience Curriculum.
Kelebihan:
a.    Segala yang dipelajari merupakan inti yang bertalian erat bukan fakta yang terlepas satu sama lain.
b.    Sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupannya.
c.    Memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
d.    Aktivitas siswa meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan bekerja sendiri atau bekerja dengan kelompok.
e.     Mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid.
Kekurangan:
a.       Guru kita belum disiapkan untuk melaksanakan kurikulum ini
b.      Tidakmemiliki organisasi yang sistmatis.
c.       Memberatkan tugas guru
d.       Tidak memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada uniformitas di sekolah-sekolah satu sama lain.
e.        Siswa diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum.
f.       Pelaksanaannya membutuhkan prasarana yang harus lengkap, padahal pada umumnya sekolah-sekolah masih kekurangan fasilitas untuk melaksanakan kurikulum ini.







BAB III
PENUTUP 
A.     Kesimpulan
Makalah Desain Kurikulum ini mendeskripsikan secara terperinci tentang komponen yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum yang dapat digunankan untuk proses pembelajaran. Wacana tersebut menyebutkan bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen, diantaranya adalah tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari kurikulum tersebut, strategi mengajar atau metode mengajar, media mengajar dan evaluasi pengajaran serta penyempurnaan pengajaran. Komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting sekali bagi kelangsungan kurikulum.
Desain kurikulum merupakan rencana pembelajran yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Desain kurikulum yang dapat digunakan diantaranya adalah subject centered design, learned centered design, problem centered design. Setiap design kurikukum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan efisien. Tetapi tidak setian design kurikulum dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam melakukan proses pembelajaran. Jadi setiap design kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanannya
B.     Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan demi perbaikan makalah ini









DAFTAR PUSTAKA

Arifin,Zainal.2011.Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar.2008.Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Idi, Abdullah.2007.Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik. Yogyakarta:Ar Ruzz Media.

Sukmadinata, Nana S.2013. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Zaini, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: TERAS.
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum (Bandung:Sinar Baru Algensindo,2008),
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bnadung: Sinar BaruAlgensindo, 2009),
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikukum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
Prof. Dr. Oemar Hamalik, Manajemen pengembangan kurikulum, Jakarta : Rosda Karya hlm 238 UU SISDIKNAS tahun 2003

Robert S Zais, Curriculum principles and Fundation, Harper and Row publisher , New York hlm 3 Ibid, Oemar Hamalik, Hlm 253

Prof. Dr. H Dakir, Perencanaan dan pengembangan kurikulum, Jakarta : rineka cipta, 2010 halm 7
S.Nasution, pengembangan kurikulum, Bandung : Alumni, 1986, hlm 130

Dr. H. Ali Mudhofir, M.Ag, Aplikasi pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan bahan ajar dalam pendidikan agama Islam, Jakarta : Raja Grapindo persada Hlm 11  Http//: evaluasi kurikulum .html
 Prof Dr.H. Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta : Kencana, 2010, Hlm 338

Buzan. Tony. 2008. Mind Map: Untuk Meningkatkan Kreativitas. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Jensen. Eric dan Karen Makowitz. 2002. Otak Sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun Ingatan Super. Kaifa : Bandung.

Porter. De Bobbi dan Hernacki. 2008. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Kaifa : Bandung.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar